Jangan Kau Menghakimi
Gembong teroris, atau setidaknya anggapan umum seperti itu,Noordin M. Top, beberapa waktu lalu digrebek Densus 88 dan berujung pada kematianya. Walaupun dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat antara pihak Indonesia dan media malaysia, dimana pihak Indonesia menyatakan kematian Noordin karena ditembak pihak densus, sementara media malaysia menyebut kematian Noordin karena letup diri alias meledakan dirinya.
Apapun dan bagaimanapun kematian Noordin terjadi, kita pantas untuk mengacungkan jempol terhadap tim densus yang telah berhasil melakukan tugasnya tersebut.
Pemberitaan penyerangan dan keberhasilan densus 88 membunuh gembong terorisme di Indonesia itu ramai diberitakan. Smapia saat ini hampir tiap malam aku melihat pemberitaanya di salah satu TV swasta nasional.
Bagaimanapun, teroris yang diberitakan adalah manusia yang memiliki keluarga. Apa lagi bila yang diberitakan selama ini benar, bahwa Noordin memiliki banyak istri yang tinggal di Indonesia.
Bagaimana perasaan keluarga terhadap semua pemberitaan tersebut?? Dan tidak dipungkiri, di Indonesia ini, berita adalah pembentuk opini masyarakat yang paling ampuh, apa lagi Noordin adalah warga negara malaysia, dimana kita sering terlibat hubungan yang tidak harmonis dengan negara jiran tersebut.
Dengan pemberitaan yang terus menerus dan opini masyarakat yang terbentuk, akan tidak menutup kemungkinan menimbulkan pengucilan dan pencemoohan terhadap keluarga para tersangka teroris itu. Bahkan sudah terbukti pengucilan tidak terjadi hanya pada orang yang masih hidup, orang yang mati pun dikucilkan, tidak boleh dikuburkan di wilayahnya.
Dengan alasan tidak mau dianggap kampung terorislah, takut menanggung dosa lah, jadi incaran aparat lah, dan masih banyak lah lah yang lain. Anehnya, yang melakukan penolakan itu beragama islam.
Islam macam apa itu??? Islam KTP ato gak pernah membaca tuntunan agamanya???
Bukankah dalam islam ada perintah untuk menyegerakan penyelenggaraan penguburan, bila ada? orang islam yang meninggal??? Gak peduli semasa hidup dia garong atau kiai, agar segera tuntas perhitungan amalnya???
Yang perlu diingat, pengucilan macam itu gak akan membuat terorisme itu mat, yang ada adalah akan muncul teroris teroris baru karena merasa tidak diperhatikan, didiskriminasi dan dipojokkan dengan semua pemberitaan yang ada.
Mereka, orang-orang yang diangap teroris memiliki pandangan yang berbeda dengan yang dimiliki kebanyakan orang. Hanya dengan alasan ini, kita menghakiminya sebagai teroris, tanpa melihat kenapa dia melakukan perbuatan tersebut. Apakahkarena memang sistem ini yang sudah rusak, personal personal tersebut yang rusak, atau mereka tidak mendapat pendidikan dan pengertian yang benar.
Jangan biasakan dir menghakimi, karean belum tentu orang yang kita hakimi bersalah, dan tidak menutup kemungkinan penghakiman kita bersifat subjektif
Dengan maraknya pemberitaan tentanfg terorisme itu, kita seakan dibuat agar melupakan bahwa masih ada kejahatan yang lebih kejam dari terorisme itu sendiri. Korupsi membunuh seluruh rakyat Indonesia ini secara perlahan, dan tindak terorisme paling hanya mengakibatkan seratus orang mati. Tapi kita dibuat lupa akan hal itu.
Kita lebih sering menghajar orang yang disangka sebagai pencopet sampai mati dari pada menyidangkan seorang koruptor.
Pemberitaan sering menyebut orang yang mati karena kecelakaan adalah tewas, tapi tak berani menyebut koruptor yang mati dengan kata mampus, bahkan lebih sering dibilang wafat.
Kita lupa untuk bersama-sama membela Palestina yang sampai saat ini dibawah penjajahan teroris israel yang berlindung dibawah dualisme amerika.
Kita lebih senang menghujat pejuang Moro.