Tragedi Sang Juara
17 Agustus hari yang bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Seluruh rakyat merayakannya, dimulai dari upacara bendera di pagi hari dan diisi dengan berbagai omba di siang harinya.
Tidak ketingglan para pemuda dan pemudi berprestasi yang mengharumkan nama bangsa ini di mata dunia turut “diundang” ke istana negara mendapat “kehormatan” untuk melakukan upacara bendera bersama presiden RI.
Begitu juga Yuni Veronika, sang juara catur junior di bawah 11 tahun.
Ya, gadis manis yang berasal dari Riau ini juga dipanggil ke Jakarta. Dia datang bersama sang ayah untuk ikut upacara bendera dan beramah tamah bersama presiden.
Tentunya, sebagai warga negara yang baik, pasti mau bertemu presidennya, karena kalau nolak dianggap tidak menghormati sang Presiden.
Selama di Jakarta sih, kabarnya mereka baik-baik saja. Persoalan baru muncul setelah semua prosesi selesai dan ingin balik ke Riau. Mereka terlunta-lunta disana karena kehabisan bekal untuk pulang. Untung aja, masih ada warga yang mau menampung mereka dan membelikan tiket pulang.
Oh Indonesia…., kejamnya dikau. Bahkan kepada orag yang telah mengharumkan namamu di mata dunia.
Orang dari jauh dipanggil, sementara begitu acara selesai diterlantarkan begitu saja. Tanpa memperhatikan keadaan orang yang dipanggil, apakah mampu atau tidak.
Perlakuan yang “kurang” bukan hanya kepada Sang Juara catur saja.
Gury, sebagai pembimbing anak bangsajuga mengalami hal serupa. Terutama mereka yang tinggal di daerah dan yang mengfajar SD dan SLTP. Padahal dari tangan mereka lah keluar orang macam Habibie, yang merupakan salah satu orang terpandai dunia dari Indonesia.
Sampai kapan Indonesia yang tercinta ini akan terus menganak tirikan pahlawan seperti mereka dan terus mengejar gengsi dan kepentingan para penguasa dan pengusaha?
Kalau keadaan seperti ini terus, gak salah kiranya pilihan beberapa atlet bulu tangkis kita yang pindah kewarganegaraan menjadi Belanda beberapa tahun lalu.
Jangan pernah menyalahkan seorang guru yang telat datang kesekolah karena harus menjadi tukang ojek untuk memenuhi kebutuhannya. Bahkan jangan menyalahkannya jika ia menjadi pengedar narkoba.