Tidak Malu, Smartphone dengan Aplikasi Gratisan
“Malu dong, smartphone-nya mahal tapi aplikasinya lebih banyak yang gratisan”, adalah sebuah sindiran yang dilontarkan oleh Indra dan Firstman dalam sebuah acara ngopi bareng Detikinet. Untuk beritanya sendiri bisa dilihat di sini.
Tapi secara pribadi, aku menegaskan menolak dan mempertanyakan apa maksud mereka melontarkan kata-kata tersebut.
Kalau memang ada aplikasi yang sama, fitur sama dengan kemamuan yang sama, sementara satu aplikasi dilepas secara gratis dan bebas, dan aplikasi yang lain dihargai 100.000, tentu saja kita akan memilih aplikasi yang dilepas secara gratis bukan?
Begitu pula dalam memilih aplikasi untuk smartphone, sebagai contohnya yang aku pakai sekarang ini misalnya. Aku memakai samsung galaxy 5, dengan sistem operasi android froyo modifikasi.
Pertimbangan aku memilih samsung galaxy 5 ini adalah karena SG5 ini adalah sebuah ponsel online. Dan aku memilihnya juga karena hal tersebut, dimana aku menginkan sebuah ponsel yang bisa selalu online untuk menerima semua email dan langsung membalasnya, juga selalu terhubung ke jejaring sosial. Selain itu, aku memakai smartphone ini sebagai sarana mobile blogging. Dan semua yang aku butuhkan itu bisa aku dapatkan secara gratis, dimana fungsi email dan jejaring sosial merupakan fitur bawaan samsung galaxy 5 original pabrik. Sementara untuk masalah mobile blogging, ada aplikasi wordpress for android yang juga dilepas secara gratis.
Dan sekali lagi, aplikasi-aplikasi itu sudah cukup mumpuni ntuk memenuhi semua yang aku inginkan, jadi kenapa harus beli atau merasa malu memakai aplikasi gratisan?
Kasusnya mungkin akan lain bila kita memaksakan untuk memakai beberapa aplikasi gratisan hanya untuk mendukung sebuah kegiatan. Misalnya sebuah email client gratisan hanya mendukung “terima email” tanpa bisa mengunduh lampiran dan mengirim email. Da untuk mengakalinya kita menginstall aplikasi yang bisa digunakan untuk mengunduh lampiran yang berada dalam suatu email tersebut dan juga menginstall aplikasi lain yang khusus dipakai untuk mengirim email, sementara ada sebuah aplikasi berbayar yang bisa melakukan semua itu hanya dalam satu aplikasi.
Tapi toh nyatanya tidak bukan??
Secara pribadi, aku berasumsi itu adalah lontaran dari ketidakmampuan mereka untuk membuat sebuah aplikasi yang bagus dan keputusasaannya dalam memasarkan karyanya tersebut. Kalau memang menginginkan suatu aplikasi itu laku, ada baiknya membuat sebuah aplikasi yang benar-benar bagus dan memenuhi kebutuhan penggunanya. Atau bisa juga kekhawatiran mereka karena “lahan penghidupan” yang terancam hilang karena banyaknya pengguna yang lebih memilih aplikasi yang “gratis”.
Tapi, tolong lihat Ubuntu, lihat juga WordPress yang menjadi mesin dari blog ini. Apakah perusahaan-perusahaan pendukungnya itu adalah sebuah perusahaan kecil yang hanya punya satu atau dua karyawan? Tentu saja tidak, mereka memiliki banyak karyawan yang harus dibayar. Tapi apakah mereka mengharuskan penggunanya membeli lisensi? Jawabnya adalah TIDAK. Apakah mereka jatuh miskin dan bangkrut? Jawabnya TIDAK ata setidaknya sampai saat ini belum. Kita bisa lihat Rovio, sebagai pengembang si Burung Pemarah, mereka tetap melepas angry bird versi gratis, apakah mereka bangkrut? Jawabnya adalah TIDAK. Dengan melepas sebuah aplikasi gratis, kita masih bisa mendapatkan penghasilan dengan bekerja sama dengan jaringan pengiklan, jadi sebenarnya kekhawatiran seperti apa yang harus ditakutkan?
Ah, dari tadi sepertinya aku telah menjadi seorang yang berpikiran pendek saja. Mungkin itu hanya salah satu trik media agar dia ramai dibicarakan. Mungkin kutipan itu masih berlanjut, dan hanya itu yang mereka publikasikan. Semoga segera ada penjelasan yang lebih agar tidak terjadi kesalah pahaman.