Budaya Baca Tulis

baca tulisHari ini ada kejadian yang lucu dan mengenaskan secara bersamaan di kantor tempat aku bekerja. Berhubung ini adalah tanggal lima belas, dimana pada tanggal tersebut diadakan tutup buku untuk semua kegiatan kantor, maka hari ini dilakukan pengecekan absensi karyawan.

Dikantor kami saat ini memakai sistem absensi yang baru, dimana sistem absensi yang baru diterapkan sekitar seminggu ini memakai sistem check clock. Sistem yang sebelumnya dipakai adalah menggunakan sidik jari, tapi tidak bisa bertahan lama karena terkendala jari yang tidak bisa bersih terus, apa lagi bila ada pekerjaan besar.

Sosialisasi penggunaan check clock ini sebenarnya sudah diberikan dan juga dibuat panduan yang ditempel diatas mesin absensi. Masalahnya, saat di cek tadi pagi, masih ada seorang teman yang salah dalam menempatkan kolom absensi masuk dan pulang.
Disinilah letak kelucuan dan ?mengenaskan itu. Dimana dia dibecandain bodoh oleh Project Manager dan hampir semua rekan kerja. Disisi lain, ini menjadi sangat mengenaskan karena sebenarnya pemberitahuan ini sudah disosialisasikan dan cara penggunaan pun sudah ditempelkan diatas mesin absensi itu dan poin penting pun sudah diberi warna merah.

Hal ini berarti menunjukan betapa rendahnya budaya baca itu, setidaknya di sekitarku saat ini.

Mengenai budaya membaca ini, Pikiran Rakyat pada edisi april 2007 menuliskan bahwa dari data Badan Pusat Statistik tahun 2006 menyebutkan bahwa penduduk Indonesia lebih senang menonton televisi dan mendengar radio dari pada membaca surat kabar. Selain itu, rendahnya budaya baca tulis ini dapat dilihat dengan begitu rendahnya buku yang terbit dan merupakan karya sendiri, dalam hal ini bukan buku terjemahan. Dan yang paling jelas terlihat adalah dengan semakin sepinya perpustakaan-perpustakaan yang ada di negeri ini.

Mengingat betapa pentingnya budaya baca tulis ini, wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad aadalah “iqra”, yang berarti “bacalah”.Ya, dengan kegiatan baca tulis ini kita bisa mengikat apa-apa yang telah kita dapat dan kita pelajari, yang selain itu berguna bagi kita sendiri di kemudian hari juga bisa kita manfaatkan untuk membantu orang lain.

Ilmu adalah suatu hal yang tidak bertepi, dan tidak mungkin otak kita mampu untuk menampung itu semua. Menuliskanya adalah menjadi suatu pilihan yang bijak, dan dengan membacanya kita bisa dengan mudah memanggil kembali apa yang telah kita dapatkan.

So, mari kita budayakan membaca dan menulis